Bagaimana Menjadi Pendengar yang Baik




Terdapat perbedaan antara “listening” dan “hearing”. Kedua kata bahasa Inggris tersebut dalam bahasa Indonesia mempunyai arti yang sama. Namun sebenarnya “hearing” adalah mendengar yang bersifat fisik, artinya ada suara yang terdengar oleh telinga kita, namun tidak dicerna oleh pikiran kita, jadi apa-apa yang terdengar oleh kita bersifat angin lalu, tidak berkesan. “Listening” dilain pihak lebih dari sekedar “hearing”. “Listening” melibatkan usaha-usaha aktif dari pikiran kita dan perhatian penuh atas apa yang kita dengar melalui telinga kita. Pembahasan artikel ini adalah tentang “listening”, bukan “hearing”.
Mendengar adalah bagian penting dari komunikasi. Menjadi pendengar yang baik dan sabar bisa membantu tidak hanya memecahkan banyak masalah di kantor atau di rumah, tetapi juga untuk melihat dunia dari sudut pandang orang lain, sehingga membuka pemahaman dan meningkatkan kemampuan empati. Dengan mendengar, kita bisa belajar banyak hal.

Steps

1. Tempatkan diri kita di posisi orang lain. Kita bisa berusaha mencegah respon reaktif kita untuk marah, merasa sebal ataupun terluka dengan mencoba melihat masalah dari perspektif orang lain dan secara aktif melihat dari sudut pandang dia. Berhenti merasa lebih pintar dan cobalah membayangkan diri kita di posisi orang lain.
2. Jauhkan semua gangguan. Berikan 100% perhatian. Silent suara HP, jangan biarkan mata kita terlihat gelisah menunggu kapan pembicaraan berakhir, dan secara sopan menginterupsi pembicaraan misalnya jika tiba2 ada teman kita yang lewat dan menyapa kita. Sebaiknya cari tempat dimana gangguan2 semacam itu tidak terjadi.
3. Latih kemampuan mengekspresikan empati.

* Pengulangan dan dukungan : ulangi beberapa hal yang dikatakan curhater. Dan pada waktu bersamaan, dukung curhater dengan feedback positif. Contohnya, katakan : “Hmm jadi kamu merasa tidak pantas disalahkan. Ya, aku bisa melihat alasannya.”
* Simpulkan dan nyatakan ulang apa yang curhater katakan dengan kalimatmu sendiri. Ini bisa menentramkan hati curhater bahwa kamu benar2 mendengarkan apa yang dia katakan. Juga memberikan kesempatan kepada curhater untuk mengkoreksi jika terjadi kesalahan asumsi atau pengertian yang mungkin terjadi selama acara curhat berlangsung.

4. Jangan menginterupsi pembicaraan dengan apa yang kita rasakan atau pikirkan tentang topik yang sedang didiskusikan. Tunggu sampai dia bertanya apa pendapat kita. Active Listening artinya kita dibutuhkan untuk mengenyampingkan sementara pendapat kita, dan menunggu waktu yang tepat untuk menyimpulkan. Hindari memberi saran langsung. Biarkan dia berbicara tentang situasinya dan berusaha menemukan caranya sendiri.
5. Berikan pertanyaan yang membangun. Bukan pertanyaan yang membuat curhater menjadi defensif (berusaha membela diri dan mencari pembenaran). Gunakan pertanyaan yang mendorong curhater untuk mulai mencapai kesimpulannya sendiri tentang masalah sebenarnya. Sekali kita menunjukkan sikap mendengar dengan empati, selanjutnya kita dapat beralih ke empowering listening dengan membatasi arah pertanyaan. Contohnya : “Kamu tidak nyaman merasa disalahkan. Tapi aku tidak mengerti kenapa kamu lebih memilih merasa disalahkan daripada memilih merasa diminta untuk tidak melakukan hal yang seperti itu.” Pertanyaan semacam ini memberikan kesempatan kepada curhater untuk memberikan respon secara langsung jika kita kurang/tidak tepat dalam memahami masalah. Dalam proses tersebut, curhater akan mulai beralih dari respon yang lebih emosional menjadi respon yang lebih konstruktif (positif/berguna).
6. Dalam proses memberikan respon yang mendukung dan membangun, seorang active listener harus tetap sabar dan membiarkan curhater mengeluarkan semua pikiran, perasaan dan pendapatnya. Tetap posisikan diri kita di posisinya dan coba untuk mengira2 mengapa dia berada dalam situasi itu.
7. Gunakan bahasa tubuh dan ekspresi wajah untuk mengekspresikan ketertarikan dan untuk menggali apa yang tidak terucap.

* Ekspresikan ketertarikan dan usahakan sambil menatap matanya. Jangan berlebihan, tetap tampilkan keramah-tamahan dan keterbukaan.
* Cermati setiap kata yang keluar. Selalu simak hal-hal yang tidak terucap atau tanda2 yang dapat membantu kita mengukur perasaan sebenarnya dari curhater. Perhatikan ekspresi wajah dan tubuhnya untuk mengumpulkan semua informasi, tidak hanya dari kata2 yang keluar dari mulutnya. Bayangkan pikiran seperti apa yang ada di benak kita ketika kita menampilkan ekspresi wajah, tubuh dan volume seperti yang curhater lakukan saat berbicara.
* Bicaralah dengan level energi yang lebih kurang sama dengan energi yang dikeluarkan curhater. Dengan cara ini, curhater akan mengetahui bahwa pesan tersampaikan dan dia tidak perlu mengulang cerita.

8. Sabar terhadap jeda. Jangan langsung berbicara setelah curhater menyampaikan kesimpulannya dan jika ada jeda setelahnya. Bisa jadi masih ada yang ingin disampaikan oleh curhater. Biarkan curhater yang pertama memecahkan jeda. Listening adalah tentang memahami orang lain, bukan tentang memberikan nasihat (kecuali jika diminta).
9. Apapun kesimpulan pembicaraan, biarkan curhater mengetahui kita merasa senang selama mendengarkan. Sampaikan bahwa kita terbuka untuk diskusi selanjutnya jika dibutuhkan. Tawarkan untuk membantu memberikan solusi kapanpun kita punya kemampuan dan waktu. Bagaimanapun, jangan membangun harapan semu. Jika yang bisa kita sediakan untuk diskusi selanjutnya adalah hanya untuk menjadi active listener, tekankan itu.
10. Terimalah bahwa setiap orang unik dalam cara berpikir dan cara mengekspresikan dirinya. Seringkali kita mengambil kesimpulan sebelum orang lain selesai berbicara karena kita menempatkan informasi yang kita dengar ke dalam cara kita berpikir.
11. Hanya karena seseorang bercerita kepada kita, tidak berarti dia sedang meminta input dari kita! Seringkali kita berpikir orang lain sangat ingin tahu apa yang kita pikirkan terhadap apa yang sedang mereka katakan… itu salah! Tunggulah, biarkan sampai curhater menanyakan opini, pikiran atau pendapat kita. Jika tidak, kita akan menjadi pembicara yang tidak didengarkan! Ini adalah latihan yang menyenangkan untuk dicoba dan kita akan merasa kaget mengetahui begitu banyak orang yang tidak akan menanyakan input dari kita. Dan selama ini kita telah dengan gampangnya memberikan masukan, yang kita pikir bahwa itu yang sebenarnya dibutuhkan mereka.
12. Sebagian besar informasi tidak diingat karena kita sedang memikirkan respon kita kepada curhater dan karenanya kita kehilangan apa yang dibicarakan. Tahanlah dorongan untuk merumuskan respon. Itu adalah active thinking, bukan listening.
Tips


• Listening adalah tentang menciptakan kepedulian dimana orang lain merasa didukung melalui kemampuan kita dalam memahami.
• Semakin banyak mendengar, kita akan menjadi semakin dipercaya.
• Semakin sulit proses mendengar, semakin penting sesuatu itu untuk didengarkan.
• Ingatlah bahwa ketika teman kita merasa didengarkan, semakin besar kemungkinan dia akan mendengarkan ide kita. Dan sebaliknya, jika satu sama lain tidak saling mendengar, maka tidak akan kesempatan untuk mengekpresikan diri masing-masing sepenuhnya. Keinginan kita untuk mengekspresikan diri harus dimulai dengan mendengarkan orang lain dengan baik.
• Tunda pembicaraan penting jika kita tidak mood untuk mendengar. Jangan memaksakan pembicaraan dimana pikiran kita masih terganggu oleh emosi, kekhawatiran-kekhawatiran, dan hal-hal lain yang mencegah kita untuk mendengar.
• Kadang kita butuh untuk menyerap apa yang tertangkap saja. Ketika kita mendengar dengan serius, pikiran kita sering sibuk menempatkan apa yang kita dengar ke dalam situasi dan emosi kita, yang menciptakan hambatan untuk mendengar sepenuhnya apa yang dikatakan. Akibatnya seringkali membuat kita mengambil kesimpulan berdasarkan emosi diri semata sebelum semuanya dikatakan. Jangan seperti itu. Ambillah apa yang dapat kita tangkap dan ikuti arus.
• Semakin yakin kita dengan pendapat kita, semakin kita harus menahan diri untuk memberikan pendapat kita pada saat itu.


Warnings


• Jangan pernah mengkritik selama listening, dan jangan pernah menyerang perasaan orang lain. Ini akan merusak reputasimu sebagai listener dan sepenuhnya akan mematikan motivasi curhater untuk bercerita.
• Jangan menghakimi orang lain karena opini atau tindakan mereka. Mereka sama seperti kita, bisa melakukan sesuatu yang tidak membanggakan. Tanya pada diri sendiri ‘Siapa saya sehingga berhak untuk menghakimi?’
• Jangan pernah berasumsi bahwa apa yang berjalan baik pada kita akan berjalan baik juga untuk orang lain.
• Jangan pernah merasa paling berpengalaman dengan masalah yang sedang didiskusikan.
• Jika kita menemukan diri kita sedang memikirkan respon sebelum orang lain selesai berbicara, itu berarti kita tidak sedang mendengarkan.
• Jika seseorang mengambil jeda untuk memikirikan kata-kata yang tepat, jangan menyela. Beberapa orang berhati2 tentang pilihan kata mereka. Itu tidak berarti mereka butuh pertolongan. Menginterupsi pikiran seseorang adalah tidak sopan dan mengganggu.

7 Response to "Bagaimana Menjadi Pendengar yang Baik"

  1. atanotonogoro says:
    21 Juni 2009 pukul 21.28

    dua telinga bila disatukan akan berbentuk hati :)
    dengan begituu kita bisa menyaring apa yang perlu dan tidak untuk kita dengar agar hati kita tak akan tersakitiii .

    kerenn jugaa tulisann kamuuu .
    niceeee dude :)
    cheerrssss !

  2. Iksan Adityo says:
    22 Juni 2009 pukul 00.02

    setuju tuh, terkadang bnyk hal2 yg dikatakan di dunia ini yg bsa menyakiti hati, tp itulah tantangan buat kita, supaya kita jd org yg tegar n supaya kita bsa belajar menerima teguran / kritik dr lngkungan skitar..
    (kita positif thinking aj trhdp smw hal)..
    hehehehe

    thanks yo

  3. atanotonogoro says:
    22 Juni 2009 pukul 22.28

    kadang apa yang mereka katakan itu ngebuad kita sakid . kita belajar untuk optimis menatap masa depan ! walaupun sering juga rasa pesimiss datang menghampiri kitaa :)
    jadii kesimpulan menurud aku sih kita emang gg boleh pesimis . tapi terlalu otimis juga kadang melelahkan dan menyakidkan . so REALISTIS ajahh dehh sama hidup . apa yang bisa buad kita nyaman maka itulah yang terbaik hihi . iiaa samasamaaa adit :)

  4. atanotonogoro says:
    22 Juni 2009 pukul 22.32

    jadi curhadd hahahaha ! karna sungguh aku lagi kesel bangedd sama orang yang suka ngomong seenaknyaa en kadang itu ngebuad aku yang tadinya mau jadi pendengar yang baik malah justru berusaha untuk jadii orang tuliii ! zzz .

  5. Iksan Adityo says:
    26 Juni 2009 pukul 10.41

    adit??..

    yaa sabar aja, hidup emank ga selalu jd sprti ap yg kita harapkan,, hehehehe
    semangaaattt

  6. atanotonogoro says:
    29 Juni 2009 pukul 20.48

    adityo = adit . hahahaha ! ngasih nama sendiri buad kamu . habis kamu gg ngenalin dirii --" maav yaaa dit .

  7. Iksan Adityo says:
    2 Juli 2009 pukul 10.07

    owhhh kirain udah kenal dari dulu,,
    iyo sama2 maap yoo..
    hehehe

Posting Komentar